Investasi Minus, Indonesia Masuk Resesi Ekonomi

Advertisements

akuratonline – Pengertian resesi adalah periode penurunan ekonomi sementara di mana perdagangan dan aktivitas industri berkurang, umumnya ditandai dengan penurunan PDB dalam dua kuartal berturut-turut.

Menurut Forbes, resesi ekonomi terjadi ketika meningkatnya pengangguran, penurunan penjualan ritel, dan kontraksi pendapatan dan manufaktur untuk jangka waktu yang lama.  Penyebab utama dari resesi yang dialami oleh Indonesia dan beberapa negara di dunia ini adalah pandemi Covid-19.

Diibaratkan sebagai lampu kuning dan masyarakat perlu waspada jangan sampai krisis ekonomi ini dimana barang-barang kebutuhan harganya melonjak naik serta daya beli masyarakat berkurang.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperkirakan pertumbuhan ekonomi minus sekitar 3 persen pada kuartal III 2020. Artinya, Indonesia resmi masuk jurang resesi setelah pada kuartal sebelumnya, laju ekonomi minus 5,32 persen.

Dikutip dari cnnindonesia, “Pada kuartal III ini, kita juga mungkin sehari, dua hari, tiga hari akan diumumkan oleh BPS, juga masih berada di angka minus. Perkiraan kami minus 3 persen, naik sedikit,” ujar Jokowi dalam konferensi pers, Senin (2/11).

Selain itu, Jokowi menyatakan realisasi investasi juga masih buruk pada kuartal III 2020. Ia memperkirakan investasi berpotensi minus lebih dari 5 persen.

Ia mengaku sudah meminta Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi agar investasi pada kuartal III 2020 bisa minus di bawah 5 persen. Namun, hal itu sulit direalisasikan.

“Belum bisa dikejar. Oleh sebab itu harus dikejar pada kuartal IV 2020, dan kuartal I 2021,” kata Jokowi.

Meski negatif, Jokowi mengklaim angkanya tetap lebih baik dari realisasi kuartal II 2020 yang minus mencapai 5,32 persen. Selain itu, ia juga menyatakan bahwa situasi ekonomi Indonesia masih lebih baik dibandingkan dengan negara lain.

“Ini kalau dibandingkan dengan negara lain masih jauh lebih baik,” imbuh Jokowi.

Untuk kuartal IV 2020, Jokowi meminta seluruh kementerian untuk menggenjot belanja. Hal itu untuk mendorong permintaan masyarakat, sehingga konsumsi rumah tangga bisa membaik pada akhir tahun.

“Kuartal akhir, saya harapan realisasi belanja betul-betul harus berada pada titik maksimal,” tegas Jokoi.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksi ekonomi kuartal III 2020 terkontraksi atau minus 1 persen sampai minus 2,9 persen. Angkanya lebih tinggi dari perkiraan Jokowi.

Ia menjelaskan kontribusi total belanja pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 18 persen. Menurutnya, realisasi belanja hingga akhir September meningkat pesat dibandingkan kuartal II 2020.

Secara keseluruhan, Sri Mulyani memprediksi ekonomi Indonesia minus hingga akhir tahun. Tepatnya, ekonomi domestik akan minus di kisaran 0,6 persen sampai 1,72 persen.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi pada kuartal II 2020 mengalami kontraksi minus 5,32 persen. Angka itu berbanding terbalik dibandingkan kuartal II 2019 sebesar 5,05 persen.

Angka tersebut juga berbanding terbalik dibandingkan ekonomi kuartal I 2020 yang masih tumbuh sebesar 2,97 persen. Sementara, pertumbuhan ekonomi sepanjang semester I 2020 dibanding semester I 2019 juga terkontraksi 1,26 persen. (cnn/red)

__Terbit pada
4 November 2020
__Kategori
Headline, Nasional

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *